Senin, 26 Desember 2016

Haruskah Mengucapkan Selamat Natal Wahai Temanku Umat Nasrani?

Tahun lalu saya sempat mengutarakan sebuah alasan kepada seorang teman yang beragama katolik tentang bahwa saya tidak mengucapkan dan tidak akan mengucapkan selamat natal. Saat itu saya berkata bahwa saya pun tidak pernah mengucapkan selamat lebaran kepada saudara atau teman yang sesama muslim, apalagi selamat natal. 
Sumber Gambar: lifestyle.kompas.com
Toleransi bagi saya adalah membiarkan orang lain untuk mendapat hak nya tanpa perlu kita ikut campur.

Kalo kita tilik lebih dalam lagi sebenarnya apa sih makna dari ucapan selamat itu? Apakah hanya sebatas basa-basi saja? Kalo iya basa-basi berarti kita hanya melakukan omong kosong. 

Sah-sah saja sebenarnya seseorang mau ber basa-basi, melakukan segala omong kosongnya untuk menunjukkan bahwa dia adalah orang yang toleran, katanya. Cuma yang menjadi pertimbangan saya adalah bahwa ketika saya melakukan omong kosong ada sesuatu dalam hati yang berlawanan. Lalu kemudian saya berpikir bahwa ini kog seperti sebuah kemunafikan saja, lain di mulut lain di hati. 

Saya kemudian sampai sekarang agak sedikit jarang berbasa-basi dan sangat tidak nyaman sekali jika terpaksa melakukan hal itu.

Ucapan selamat menurut saya adalah sebuah doa atau sebuah harapan yang intinya agar selamat atau agar Tuhan memberikan selamat kepada yang kita mintai selamat. Mengucapkan selamat natal, selamat lebaran sebenarnya siapa yang diselamati? Apakah lebarannya? natalnya? atau kah orang-orang yang sedang menjalani keduanya? atau kah semuanya kegiatannya dan orang-orangnya? 

Kalo pun didoakan selamat orangnya, selamat dari apa? apakah dari marabahaya atau dari api neraka? Apalagi yang dimaksudkan agar selamat natalnya. 

Sepertinya sangat lucu sekali ketika muslim menyelamati nasrani dalam menjalankan hari natal sedangkan dalam hatinya meyakini bahwa yang diselamati akan tidak selamat dari api neraka jahanam. 

Atau sebaiknya begini saja lah, kita ambil hanya pada sisi positifnya bahwa ketika mendengar seorang muslim memberikan ucapan selamat natal, mungkin maksudnya adalah agar kegiatannya itu berjalan lancar hingga pada malam harinya mereka semua umat nasrani bisa mendapat hidayah bahwa Tuhan adalah esa, Dia tempat bergantung, Tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.

Saya kira membalas omongan negatif dengan omongan negatif itu tidak efektif karena balasan yang spontan terjadi biasanya muncul dari emosi yang tidak dilandasi dengan fakta dan ilmu yang matang. Memandang semua hal buruk dari sisi positif itu lebih aman untuk kesehatan hati kita.

Sabtu, 17 Desember 2016

Bahwa saya sudah celaka, lalu?

Apa yang menjadi sebuah faktor penting dari kehidupan yang bahagia? Saya tidak begitu tau banyak, namun yang sedang saya pikirkan saat ini adalah rasa ikhlas terhadap apapun yang terjadi dan bersyukur. Saya sadari dekadensi dua faktor tadi sudah dimulai sejak kira-kira 4 tahunan yang lalu dan sangat terasa sekali dalam kehidupan saya saat ini. Katanya Nabi orang yang hari ini lebih baik adalah beruntung, kalo sama adalah merugi, terus jika lebih buruk adalah celaka. Jadi sudah sampai di kesimpulan bahwa saya sudah celaka.

Saya sadari bahwa ada yang tidak beres terhadap  kehidupan saya saat ini, terutama masalah kedisiplinan yang mengalami penurunan juga. Dampaknya langsung sangat terasa sekali akan kesehatan, terutama ketahanan tubuh. Contoh simple saja saat ini jadi sering sariawan, cepat setres, sering pusing karena dehidrasi (lupa minum), kulit mudah gatal karena debu, pilek  hidung tersumbat yang tidak kunjung sembuh, sakit punggung, susah konsentrasi. Kenapa itu semua bisa terjadi? Ternyata semua itu saya sendiri yang mengundangnya dengan mulai meninggalkan banyak amalan yang dulu saya lakukan, saat pagi dan sore hari.

Awalnya dulu saya sedikit maklumi karena waktu itu saya mendapat guncangan hebat pada persoalan hidup, yang pada akhir perkara waktu itu saya baru menyadari bahwa bersarnya guncangan itu pula merupakan perlindungan Allah, Tuhan semesta alam agar saya tidak terpeleset ke lubang kenistaan. Kesan itu tidak akan pernah bisa saya lupakan sedetikpun. Betapa susahnya menyelesaikan masalah dan betapa sulitnya menemukan beberapa orang ternyata menjaga saya dari kemungkinan perbuatan dosa besar. Seolah-olah kaki saya dipegang tidak bisa bergerak sewaktu saya ingin terjun bebas ke dalam jurang. Lalu kog ya kemudian tidak menjadi sarana bagi saya menuju ke tempat yang lebih baik malah saya menikmati kehancuran ini. Ini tanda bahwa rasa syukur mulai pudar dan secara kontan penyakit-penyakit mulai berdatangan. Ditambah pula dengan menurunnya intensitas amalan-amalan yang biasanya dilakukan hingga malah tidak pernah dilakukan sama sekali. Empat tahun ini saya benar-benar merasa celaka. Alhamdulillah, saya diingatkan oleh Allah akan amalan yang saya tinggalkan.

Sekarang nafas masih ada dan tubuh masih normal walaupun penyakit-penyakit kecil sering datang. Itu semua berarti asa masih ada dan kesempatan masih lebar, kenapa tidak saya manfaatkan. Ya, mulai detik ini saya akan manfaatkan. Yang lalu biarlah berlalu, matahari esok masih muncul di ufuk timur. Semburat jingga, masih menangkasa luas di tanah wetan. Lembayung senja menuju gelap semua akan berakhhir ketika semburat jingga bangkit.

Kamis, 15 Desember 2016

Beruntungnya orang jaman ini dengan perkembangan media masa dan sosial

Kau lihat alam ini, ada air mengalir dari langit menuju bumi. Ada juga air yang masih tersisa banyak di lautan. Sebagian lagi ada yang di tanah, ada di sungai, ada di danau dan ada pula yang di sumur. Di dalam tubuh manusia pun ada air, sebagai transport sel. Sel-sel, organel-organel sel melayang dan mengalir di air untuk saling berbagi energi menyusun tubuh ini tanpa perlu kita beri komando. Air-air ini tetap pada sifatnya tanpa ada yang bisa ikut campur. Air akan mendidih berubah menjadi uap air jika suhunya menjadi tinggi, lalu menjadi beku jika suhu turun drastis. Air akan pecah menjadi gas hidrogen dan oksigen jika berada pada larutan elektrolit dan dialiri listrik. Dannn, masih banyak sifatnya yang belum kita mengerti, menunggu untuk dimengerti. Yang pasti air akan tetap bersifat seperti itu dan satu pun makhluk tidak ada yang bisa mengganggu gugat.

Dan ternyata air itu adalah senyawa juga, kolaborasi dua unsur hidrogen dan satu unsur oksigen sedangkan masih ada 98 lagi unsur alami yang sudah ditemukan di bumi yang silahkan dikira-kira sendiri lah berapa pasangan probabilitas yang terjadi antara ke 98 unsur tadi jika bisa berhubungan dengan sifatnya masing-masing dengan kondisi kebutuhan lingkungan masih-masing.

Orang-orang fisika dan kimia satu pandangan melihat unsur kimia tersebut sesuai dengan jumlah elektronnya, kemudian disusunlah tabel kimia itu. Itu yang baru kita ketahui saja. Yang pasti lagi di dalam sana yang paling kecil itu di samping elektron ada juga proton dan positron. Saya di sini menyebut asal saja seingat saya mengenai hal itu, tetapi memang sepertinya begitulah pengetahuan umum jaman sekarang ini. Lalu sekarang bikin pusing lagi, ada juga yang dinamai dengan sinar gama, sinar betar, teta, lalu bedanya dengan sinar matahari apa, sinar biru, putih, merah? Di sini kita dipusingkan lagi dan dibuat penasaran dengan sifat gelombangnya. Weleh-weleh, ini masih belum apa-apa ini saat melihat kog ada katak beku yang menjadi es sekian lamanya kemudian bisa gerak lagi, hidup lagi saat es nya bisa mencair.

Saya merasa menjadi makhluk  yang gila dan tak berguna sekali ketika ingat mengingat kegiatan saya setiap hari, melihat media A lalu mencaci si anu, melihat media B, lalu menumpat si itu, melihat si C lalu merasa sedih menangis mewek-mewek, melihat media D, meweknya hilang lantas nyengir seperti orang setresss. Jiancukkk tenan!!!!! Untung sekali rasanya hidup ini ya dengan adanya media yang seperti ini sekarang ini, sedangkan cina mungkin tahun depan sudah migrasi ke bulan.

Seorang guru dan dua murid yang berkelahi

Ada seorang guru yang melerai muridnya muridnya yang sedang berkelahi menggunakan pentungan. Kontan dua murid tadi jengkel pula dengan gurunya dan gantian malah gurunya yang dipukul oleh kedua muridnya tadi. Kali ini muridnya malah bekerjasama, bukan dalam belajar tapi untuk memukul gurunya.

Di sisi bumi yang lain ada seorang guru juga sedang memandang kedua muridnya yang sedang berkelahi. Kali ini guru ini tidak melerai keduanya karena guru ini sadar bahwa badannya jauh lebih kecil daripada kedua muridnya tadi. Si guru ini hanya diam menonton muridnya menunggu yang berkelahi berhenti entah kehabisan tenaga atau mati sambil berdoa agar Tuhan menghentikan perkelahian tadi.

Di tempat lain pun ada kejadian yang sama, namun situasinya berbeda. Si guru ini kuat badannnya lalu "memiting" kedua muridnya tadi dibawanya ke padang savana. Dilihatkannya dua ekor kerbau yang sedang adu kepala. Dikatakannya kepada murid "lihat, kedua binatang itu mengadu kepala mereka. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi, pertama satu menang satu kalah, yang kalah mungkin masih hidup atau bisa jadi kepalanya pecah terus mati. Namun yang pasti dua-duanya luka. Oke walaupun yang satu bisa berkuasa, tetapi masih terluka. Coba besok lihat apa yang terjadi dengannya, pasti akan bersisa tulang belulan karena dimangsa singa".

Di tempat yang lebih lain, lebih antah berantah mungkin ada peristiwa yang lebih unik lagi. Dunia adalah gudang probabilitas. Tidak hanya kejadiannya yang mungkin bisa apa saja, namun pesan dan ilmu dari setiap kejadian juga bisa mungkin apa saja. Orang yang berakal tentu bisa mengambil inti sari dari setiap peristiwa. Ilustrasi di atas hanya karangan saya saja melihat beberapa kejadian yang ada di masyarakat.


Rabu, 14 Desember 2016

Random post

Lalu bagaimana kita menanggapi segala macam problematika yang ada di kehidupan kita sehari-hari ini yang bahkan tidak terpengaruh sama sekali dengan segala macam berita yang "lucu" yang diproduksi oleh media-media 'mainstream"? 

Di sudut selatan pulau jawa bagian tengah kehidupan masih berjalan seperti biasanya. Jalanan masih ramai, berarti banyak orang dengan banyak kepentingan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Tidak ada urusan yang mendesak selain masalah ekonomi. Ketika ada pergerakan masa dalam satu arus yang menelan hampir semua masyarakat dalam sebuah daerah itu adalah pertanda gerakan. Sampai saat ini belum ada gerakan masif yang seperti itu. Mungkin ada kemarin namun hanya sementara saja karena ekonomi dan kondisi relasi intim masih jauh lebih penting. Itu juga banyak lobi-lobi dan drama-drama politik basa-basi yang diproduksi yang membuat sang eksekutor ketar-ketir karena takut ekonominya akan ambruk. Sekali lagi masalah ekonomi. 

Pun tidak beda jauh dengan lobi-lobi sang eksekutor yang katanya menjadi pemimpin negara, ujung-ujungnya adalah urusan perut. Memang sedari jaman dahulu perut dalah kunci dari emosi masyarakat, namun sekarang tidak. Perut bukan sebuah alasan lagi karena semuanya sekarang bisa mudah sekali diisi penuh, namun gensi harus memenuhi perut di tempat yang mewah dengan memakai mobil dengan istri-istri yang cantik. Levelnya sudah beda kawan, tetapi intinya sama saja, agar merasa adil untuk nafsunya sama-sama dituruti. Jangan menilai bahwa setiap kata nafsu adalah jelek karena nafsu adalah manusia itu sendiri. Kalau tidak punya nafsu berarti sudah tidak menjadi manusia lagi, tapi malaikat. Rasanya dari jaman dahulu dengan jaman sekarang waktu tetap berputar bak siklus yang bergeraknya spiral. Saya yakin pasti ada ujungnya. 

Dalam mata saya sebenarnya kebanyakan orang itu memiliki sifat yang baik. Yang menjadi soal adalah banyak orang yang belum cukup ilmu atau tidak mau menerima kebenaran. Ya sebenarnya sama lah, orang yang tidak mau menerima kebenaran berarti belum cukup ilmu untuk bisa mengetahui hal yang harus diterimanya. Ada juga penyakit 'latah'. Orang yang kurang berilmu cenderung latah. Terlalu mudah ikut arus padahal dia tidak tau kemana arah tujuan dari arus itu. Semua keadaan ini juga diperparah dengan kebutuhan diri akan penerimaan terhadap komunitasnya (eksis), kebutuhan perut dan kelaminnya. Sampai di sini orang menjadi lupa akan sebuah kehormatan. Bagaimana bisa mengerti tentang kehormatan, ilmunya saja belum sampai untuk bisa mengerti apa itu kehormatan. Jadi apakah orang yang tidak mengerti lantas bisa dimaafkan atau dianggap 0 (nol) dosa-dosanya seperti bayi yang baru lahir?

Selasa, 25 Oktober 2016

Berkaca melihat muka sendiri

Bertemu, berbicara dan mendengarkan cerita dari berbagai macam orang terkadang memang seperti kita mengaca akan aib kita sendiri dan bagaimana sebuah riya' muncul dari hati tanpa sengaja. Banyak orang-orang yang bercerita tentang hidupnya, susah kerasnya hidup dan gigihnya perjuangan untuk terlepas dari jerat derita atau menggapai sesuatu yang terkadang membuat hatinya menjadi mengembang dan meninggi. Saya rasa cukup baik ketika orang bercerita seperti itu hanya untuk berniat melegakan pikiran dan berbagi cerita serta untuk refleksi dirinya akan kehidupannya. Namun terkadang kemudian kebablasan dengan munculnya rasa bangga terhadap dirinya dan membandingkan diri dengan orang yang menjadi media dia cerita padahal dia belum mengerti benar akan orang yang ada di hadapannya itu. Bisa jadi orang itu memiliki pengalaman yang lebih berat, ilmu yang lebih tinggi, pengetahuan yang lebih luas dan kerendahan hati yang sangat lebar. Saya bayangkan diri saya sendiri ketika menjadi orang bercerita tadi dan berhadapan dengan orang itu kemudian suatu ketika saya tau sosok orang yang saya bandingkan dengan diri saya tadi, maka muka saya seolah-olah seperti keset, seperti gombal yang jadi kain pel.

Di atas langit masih ada langit. Di bawah tanah masih ada tanah.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Problematika sistem unggas 1

gambar itik/bebek dari hkti.org
Kadang memang tidak bisa dipungkiri bahwa kita sebagai manusia sering berlaku seperti bebek, saya juga merasakannya dan sering larut. Banyak hal yang sebenarnya di luar kemampuan kita, di luar bidang kita dan bukan hak kita dalam membuat opini apalagi menjustifikasi akan suatu hal tadi tetapi kita seolah-olah bernafsu sekali untuk melontarkannya di publik. Semua hal yang berada di ranah publik seolah-oleh menjadi suatu hal yang sangat penting bagi diri kita dan bahkan menyita waktu kita melebihi apa yang seharusnya kita berikan untuk keluarga, teman dan tetangga kita. Tak jarang waktu yang ada ketika bersama keluarga tadi kita pakai untuk membahas opini publik, sedangkan waktu untuk membahas kepentingan keluarga yang hakiki menjadi tersingkirkan.

Fenomena seperti tadi saya dapati pada banyak orang yang sudah lekat atau pun baru mulai lekat dengan media publik, seperti media cetak, tv dan internet terlebih lagi media sosial. Semuanya seolah-olah seperti bebek. Satu bebek berbunyi ‘kwek-kwek-kwek’, yang lain ikutan juga ‘kwek-kwek-kwek’ tanpa tau ternyata bebek yang ‘kwek-kwek’ awal tadi cuma iseng ‘kwek-kwek’. Dengan adanya kebebasan informasi yang sepertinya semuanya terbuka dan dekat namun berasa sangat asing karena sering susah menemukan mana yang asli dan mana yang palsu. Sebuah informasi yang sangat berharga, seperti internet yang selayak secangkir ilmu hidup di dunia kemudian menjadi secangkir racun bagi orang-orang yang belum waktunya menenggaknya.

Semuanya memang kembali kepada konsep waktu dan kepantasan. Seseorang yang belum waktunya untuk lulus tidak pantas uuntuk lulus karena dikhawatirkan akan menyalahgunakan ilmunya atau pun belum cukup ilmu untuk memikul sebuah tanggung jawab yang besar yang tidak hanya dirinya yang bisa celaka tetapi orang lain juga. Mau bagaimana lagi, sekarang semuanya berubah termasuk budaya bersabar menanti proses kemudian berubah menjadi budaya instan. Tidak perlu disebutkan satu per satu karena setiap individu pasti sudah bisa membuat list sau per satu apa saja hal-hal instan yang biasa dilakukannya.

Manusia adalah makhluk unik yang senantiasa berubah. “people die everyday, people change every second”. Sebuah budaya yang mendarah daging dan menjadi sebuah dogma akan sangat lama berubah, kecuali bagi mereka yang terbuka pikirannya dan mereka-mereka yang ingin selalu menemukan kebenaran yang sesungguhnya, bukan kebenaran konvensi, kesepakatan. Hal-hal yang sederhana yang saling berkaitan satu sama lain akhirnya menjadi rumit juga, tetapi hal-hal yang rumit jika kita pilah-pilah, kita pecah-pecah sesuai dengan jenisnya akhirnya akan menjadi sederhana juga. Manusia adalah satu individu yang berasal dari dua orang yang kemudian menjadi keluarga. Keluarga-keluarga terkumpul menjadi tetangga dan masyarakat. Lalu dari mana asal-muasal persoalan dunia yang kita anggap sangat rumit  ini dan menyita sedemikian besar waktu itu berasal? Orang-orang yang sabar dan terus berusaha akan medapati bahwa coretan-coretan, lika-liku, kontur, naik turun kehidupan adalah sesuatu hal yang indah dan sebuah kenikmatan untuk menjalaninya. Kelemahan dari sistem buatan manusia masa kini, satu stasiun kerja mati maka keseluruhan proses akan terhenti, maka habislah sistem itu.  Lalu kemana lagi mereka manusia masyarakt itu akan  pulang setelah semua sistem itu hancur? ke komunitas, RT-RW, keluarga, dan akhirnya ke tanah, sistem yang belum lekang hingga saat ini. 

Senin, 04 Juli 2016

reinkarnasi badai

Mungkin suatu ketika kita mengalami hal yang menyenangkan, tetapi saya rasa itu adalah sebuah kepastian. Tidak hanya hal yang menyenangkan namun juga rasa takut, sedih, kecewa, benci, sayang cinta dan segala hal yang serupa. Semua hal ini campur aduk terjadi silih berganti dalam kehidupan manusia.

Beberapa orang ada yang sadar akan semua keanehan ini, kemudian memahami kenapa semua ini bisa terjadi dan mengerti semua ini memang harus terjadi. Dengan pengalaman tadi yang kemudian merasuk ke dalam dadanya sebuah pengertian baru menjelma menjadi sebuah ilmu. Saya pernah mengalaminya, tetapi sering kemudian lupa lagi, kemudian ingat lagi, berulang-ulang seperti itu. Tetapi saya kira tidak masalah kita sering lupa, karena manusia memang tempatnya lupa. Yang penting adalah INGAT nya, karena rasa ingat akan ilmu yang berlabuh di dada kita ini seolah-olah kita sedang menenggak air putih yang segar di siang hari kala terik matahari di musim kemarau. Nyesss! Entah kenapa ketika hal itu terjadi seolah-olah semua aliran darah mengalir dengan lancar lembut, mata menjadi ringan tetapi tajam, nafas menjadi sangat halus dan detak jantung sangat tenang. Segala hal nampak sangat terang benderang dan pikiran angan serta ambisi menjadi lenyap. (Lain waktu akan saya bahas mengenai pikiran angan yang liar).

Namun beberapa orang ada yang tidak menyadarinya dan kemudian larut dalam setiap angan dan emosi serta ambisinya. Tidak perlu ditanya, saya juga pun pernah mengalaminya. Berdasarkan pengalaman ternyata ada beberapa syarat kenapa itu bisa terjadi, yaitu tidak adanya/kurang sabar, kurang bersyukur dan lupa tujuan hidup yang hakiki. Ketika semua itu terjadi memang seolah-olah saya seperti dalam keadaan stabil karena saya bisa masuk dalam setiap zona pergaulan, modernitas, tren dan pikiran umum namun saya seperti terbuai. Lambat laun saya menjadi sangat lekat dengan hingar-bingar dunia dan larut di dalamnya. Seperti siklusnya yang biasanya terjadilah gelombang masalah yang memang pasti akan selalu mampir dan pastinya kita akan terhempas dan rasa-rasa di atas muncul mendominasi pikiran dan hati kita, rasa cinta, sayang, benci, dendam, takut. Semua tadi muncul dengan luar biasa-tidak biasa lagi karena kita terlalu larut di dalamnya seolah-olah mengalami delusi. Parahnya butuh waktu yang cukup lama untuk bisa sembuh dari delusi ini.


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ {155} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ 
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[101]. (Al Baqarah: 155-156)
"Dan berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan innalillahi.." Kalimat tuhan ini adalah kunci pembebas hidup kita dari belenggu delusi. Ada musibah kemudian mengucap innalillahi, sama dengan ingat tuhan dan posisi kita di sini. Namun ingat saja tidak cukup karena ketika ingat di pikiran namun tidak singkron dengan hati karena gejolak kalut, cemas dan takut masih membadai di hati maka laksana sebuah kolam yang airnya jernih tetapi bergejolak sehingga penuh dengan riak dan mutiara di kedalamam sama sekali tak nampak  karena tertutup riak. Maka di sini lah sabar berfungsi, menahan diri sekuat tenaga, menahan gelombang dan gejolak air pada kolam semampunya selama waktu yang dibutuhkan sembari memohon kekuatan kepadaNya sehingga air akan tenang dan mutiara dan segala macam hal akan nampak dengan benderang. Badai pasti berlalu.  Semuanya memang cobaan seperti sebuah permainan, dan sendau gurau yang berulang-ulang.

Seperti dalam ilmu jungle survival. Mungkin tidak banyak yang mengerti, tetapi saya kira semua pecinta alam sudah sangat expert dalam bidang ini, walaupun kadang-kadang ada yang hilang di gunung. Kata kuncinya adalah STOP. Ini adalah kata kunci sederhana, sangat mudah diingat dan sangat efektif ketika dalam kondisi yang terdesak. Studi kasus orang kesasar di hutan gunung.

S=Sit atau stop, berhentilah dari langkahmu dengan berdiri atau duduk sejenak ketika kamu tidak yakin arah mana yang sedang kamu tuju. Resikonya terlalu besar jika kita tetap jalan tanpa tau arah yang kita tuju. Oke mungkin keyakinan akan pertolongan tuhan jawaban dari doa kita sangat besar, tetapi realistis saja lah, bahwa Tuhan jelas-jelas nyuruh kita untuk Iqro, baca lah, dengan nalar.

T=Think, berpikir. Di sini lah kita mulai menggali lagi pikiran dan memori kita tetang lingkungan dan masalah yang sedang kita hadapi. Apapun masalahnya tetap saja akal kita yang paling besar porsi kerjanya.

O=Observe, bahasa indonesianya observasi. Tidak hanya lingkungan luar saja yang kita observasi, tetapi diri kita juga. Bekal apa saja yang masih tersisa, kemampuan apa yang kita miliki. Selain itu yang tidak kalah penting adalah lingkungan kita/masalah kita. Bagaimana kondisi cuaca, permukaan bumi/kontur tanah, satwa berbahaya dan segala hal yang bisa kita jangkau dengan panca indera kita. Indera keena juga boleh asal ada.

P=Plan, yaitu rencana. Semua kondisi sudah kita ketahui selanjutnya kita harus membuat rencana. Mungkin tidak hanya satu rencana tetapi banyak. Semuanya berdasarkan kondisi yang ada. Yang paling besar peluangnya dan paling sedikit ancamannya berada pada bagian rencana awal. Melangkah dengan rasionalitas dan hati yang bersandar pada keyakinan kepada Tuhan dengan prioritas pada resiko yang paling kecil.

Jika semua tahap sudah kita lalui kamudian kita tinggal melaksanakan keputusan kita dengan yakin melangkah tegas atau menetap menunggu bantuan sesuai dengan kondisi diri kita kelemahan dan kelebihan alami kita. Saya kira analisis STOP dan SWOT sangat bermanfaat sekali bagi kehidupan kita. Sabar dalam berhenti, menunggu, berpikir, mengobservasi, berencana dan berdoa, kemudian bersyukur atas segala kelebihan dan kekurangan kita. Jika kita bisa lolos pada tahapan seleksi ini, maka tidak lama kita akan mendapat kabar gembira. Saat kabar itu datang maka detak jangtung akan melambat dan tenang, aliran darah lancar smooth lembut, nafas terasa sangat ringan dan lega, serta pandangan kita luas, jelas dan tajam. Semua hal menjadi nampak sangat jelas dan detil. Di situlah titik kesadaran kita mulai cerah.

Rabu, 02 Maret 2016

Belajar dari hukum alam

Melihat air jatuh dari langit sungguh sebuah pembelajaran bagi yang mau belajar. Seseorang menangkap momen itu kemudian mengaitkannya pada hukum fisika, gravitasi, bahwa setiap benda yang ada di dekat bumi akan tertarik. Namun ternyata sebuah kebenaran bukanlah hal yang paten dan kaku, dia berjalan secara dinamis. Mengingat hukum gravitasi tadi saya baru muncul pertanyaan, air dari atas dijatuhkan dan boleh jatuh lantas bagaimana dengan air yang mendidih menjadi uap, uap itu malah naik ke atas. Tiap benda bermasa akan memiliki gaya tarik dengan benda lain yang bermasa pula, sedang walaupun sangat kecil sebuah uap pastilah memiliki massa. Pemikiran saya mentok kepada hal yang hanya bisa saya lihat yaitu uap air dan ternyata sebuah hukum yang ditemukan manusia sulit diterapkan di luar batasannya.

Saya kemudian bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada massa suatu benda yang dipanaskan dan bagaimana pengaruhnya terhada daya tariknya terhadap benda lain? Kenapa uap air mendidih begitu cepat naik ke angkasa sedang masanya tetap sesuai dengan molekul air? Apakah udara di sekitar memiliki masa yang lebih besar daripada uap air yang panas? Mungkin begitu, bisa saja dibandingkan antara uap dengan kabut. Jadi apakah karena lebih panas lantas menjadi lebih ringan? Tidak juga, coba lihat pada peleburan logam itu. Di sana logam yang paling panas dan yang paling berat malah ada di bawah sedang yang lebih ringan akan mengambang di atasnya, padahal lebih dingin. Wah, ini harus kita kaitkan dengan ilmu kimia mungkin di mana setiap unsur memiliki jumlah elektron bebas terluar yang berbeda dan jumlah terluar yang bebas itu menentukan berat jenisnya. Jika terjadi pengecilan ukuran tentu sebuah benda akan menjadi lebih ringan, misal dibelah menjadi dua. Jika dipanaskan maka elektron-elektron akan semakin menjauh sama seperti konsep pengecilan ukuran dengan pemisahan molekul namun dengan metode yang berbeda. Wah ternyata begitu, makanya pengukuran suhu itu sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap masa relatif benda.  

Oke nanti kita bisa belajar fisika dan kimia lagi, namun kita mendapat suatu pesan yang sangat bagus di sini. Dalam hukum alam unsur yang memiliki masa jenis paling berat dia akan menjadi pusat masa dan semua unsur yang lain akan tertarik kepadanya. Jika kita lihat secara cermat unsur terberat itu akan menyokong dan memangku unsur-unsur yang lebih ringan. Jika terjadi sesuatu yang menyebabkan unsur terberat tadi berubah wujud menjadi lebih kecil dan lebih ringan, maka unsur yang lain yang lebih berat akan menggantikannya menjadi sebuah pusat dan memangku segala unsur yang lain, sedang unsur yang berubah tadi naik posisi menjadi yang dipangku. Ini adalah hukum alam, maka akan selalu terjadi keseimbangan. Harusnya manusia memehami masalah ini. Seorang pemimpin ada di bawah, karena dia paling kuat, paling berat tanggung jawabnya. Dia memangku yang lebih kecil dan ringan, memikul, bukan malah di atas menindas dan menindih yang kecil.  

Jumat, 29 Januari 2016

Memahami istilah "KAFIR" secara singkat

Beberapa orang sekarang ini cenderung mengartikan suatu kata yang ada kurang menggunakan logikanya ketika sudah berkaitan dengan keyakinan. Kata kafir menjadi suatu istilah yang bernada keras dan cenderung agresif. Padahal kalo kita sedikit menggunakan ilmu dan nalar maka pengertian yang sebenarnya bisa diterima dengan mudah tanpa timbul perdebatan yang berarti.

Kafir adalah bahasa arab yang berarti tertutup, senada dengan kuffar. Menurut hemat saya, kita bisa pahami dengan kata dasarnya saja yaitu tutup. Dalam islam orang kafir adalah orang yang tertutup dan menutupi kebenaran, bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW rosul dan nabi-Nya, sesederhana itu. Namun ini berlaku dalam konteks tauhid, dan segala ketentuan dalam islam mengenai orang yang tertutup dan menutupi tentang kebenaran ini sudah disebutkan dengan jelas dalam alquran secara jelas. Berbeda lagi dengan kasus tutup-menutup masalah yang lain, seperti petani. Dalam alquran petani juga disebut kafir, namun bukan berarti dia tertutup akan kebenaran, tetapi ternyata dia menutupi tanah-tanah dengan tanaman-tanaman pertanian, atau juga bisa menutupi benih-benih dengan tanah. Jadi setiap petani adalah kafir, hahahaha. ROTFL.

Kehidupan manusia itu sungguh lucu sekali, ditambah dengan sifat naturalnya yang kurang "sabar". Apalagi dewasa ini kecenderungan manusia yang menyukai berbagai macam hal yang bersifat "instan" dan praktis, mereka cenderung suka menelan mentah-mentah hal yang kiranya paling mudah diambil tanpa mau berusaha sedikit keras mengunyahnya sehingga nyaman dan aman di perut, tidak "ngganjel" di tenggorokan, apalagi membuat sakit perut.

Konteks, makna dasar dan logika adalah landasan dasar untuk bisa memahami suatu istilah dengan baik. Memang agama adalah hal yang paling hakiki, yang menjadi dasar paling dalam pada hidup manusia, karena letaknya jauh sekali, yaitu dalam hati yang tak satupun mahluk bisa mengetahuinya. Namun manusia tidak hidup sendiri, ada orang lain di sekitarnya yang hanya mengetahui apa sejatinya orang itu lewat kata dan perbuatannya. Maka dari itu "istilah" dan "identitas" menjadi suatu hal yang penting yang mendasari bagaimanakah orang lain harus bersikap terhadap kita.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فيِ نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَآ أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, ke neraka jahannam : mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk" (Q.S Al Bayyinah : 6).

Keterangannya sudah sangat jelas, seperti hitam dengan putih. Kebenaran sudah nampak, tetapi akan kah menerimanya atau mengingkarinya itu adalah pilihan masing-masing. Tidak ada paksaan dalam memilih.

Sabtu, 23 Januari 2016

The day before tomorrow

Kejadian dan perasaan ini saya rasa banyak juga dialami oleh orang-orang yang mungkin dengan sengaja atau tidak sengaja sedang dalam pencarian akan kebenaran, atau mereka yang sudah menatap kebenaran itu. Akan ada masanya di mana 'engkau' akan sering 'tersenyum' sekaligus 'menangis' ketika orang-orang terlebih orang di sekitarmu menyadari apa yang dahulu sudah pernah kau utarakan pada mereka. Atau mungkin bisa juga karena ada sesuatu hal sehingga kebenaran yang kau rasakan dahulu hanya bisa kau nikmati sendiri sementara orang-orang tidak memahami sama sekali mengenai hal ini. Bahkan sedikit saja melirik, mencium, atau merapa pun tidak pernah mereka rasakan. Kalo 'kau' pernah, sering atau selalu merasakannya, sama.
sumber gambar : alienationmentale.wordpress.com

Mula-mula 'kau' akan bingung, mengapa bisa begini. Kemudian lambat laun agak sedikit muncul perasaan sedih dan kecewa. Tenang, itu semua hanya proses. Tetapi tidak se-statis ini, karena kehidupan adalah dinamis, bisa juga sebaliknya, atau di sampingnya, atau muter-muter tidak karuan, intinya proses unik yang bersifat individual. Nanti pada akhirnya 'kau' akan menyadari bahwa memang begitulah adanya. Tidak perlu terlalu memaksa ikut campur, memaksakan keinginan ego, karena tidak mungkin bisa dihindarkan. Tinta takdir sudah kering, kita tinggal mengamatinya dan menikmatinya saja. Hidup memang sekedar memaksimalkan potensi diri untuk mengatur segala hal yang dapat dijangkau, dan itulah batasnya.

Nah, dan ini lah yang nanti akan kau alami, rasa campur aduk antara tertawa dan tangis, sedih dan bahagia. Semakin banyak hijab yang akan terbuka, semakin pilu dan dilema, antara takut dan rindu.

Senin, 18 Januari 2016

Zaman kolobendu menuju zaman fitnah

catatan, yang jamannya kolobendu sudah beralih menjadi jaman fitnah. Sudah sedikit sekali memolo tetapi semakin banyak fitnah, bahkan mengakar menjadikan fitnah sebagai gaya hidup. Sehingga sekarang nama fitnah bukan dikenal sebagai fitnah lagi tapi nylamur menjadi nama-nama lain yang wajar pada era ini. seperti burung yang bercuit-cuit, manusia menjadi latah dan mudah sekali menyebarluaskan keburukan, kehancuran dan kebobrokan.

Bukan namanya manusia nusantara kalo nyaman dalam hidup yang stabil, serba ada dan normal seperti sekarang ini. Kemiskinan dan kemelaratan dakyat miskin kota dan rakyat miskin desa dijadikan sebagai alasan untuk penghancuran negeri. Betapa tololnya. Mereka mengobati penyakit dengan membunuh pasiennya. Mungkin salah kalo saya menyebutnya dengan kata tolol, karena orang tolol tidak akan bisa menhancurkan negeri, justru orang-orang pintarlah, jenius, super cerdas, intelektual dan berwawasan global itu. Segudang kalimat dan kata-kata pujaan untuk menggambarkan betapa "wah"nya derajat keilmuan mereka. Tetapi banyaknya ilmu itu muspro, sis-sia saja. Duh, ternyata saya tidak jadi menghujat, mengkritik, menghina dan mengunek-unekkan mereka, tapi saya kasian dengan tersesatnya mereka kala di hutan waktu mau mencari mata air saat kehabisan bekal minum. Mereka malah berjalan menembus hutan mati itu, bukan menuju mata air, tapi menuju ke dalam lembah kenistaan. Euforia yang sangat singkat waktu melayang di udara, lalu mak gedebuk, tiba-tiba dan sekonyong-konyong koder pindah alam. Ya beruntung kalo sekonyong-konyong koder mati, lha kalo masih hidup sebentar gimana itu, pasti sakitnya merasakan badan yang hancur seperti apa ya? Wah saya tidak bisa membayangkannya je.

Jadi, apakah mungkin dengan ketidaktahuan mereka lantas diampuni? Lha emboh. Tulisan ini juga tidak bertujuan apa-apa, karena dilihat secara utuh saja malah absurd. Hanya luapan emosi saja mungkin, tiru-tiru kemaren yang saya baca.

Rabu, 13 Januari 2016

Logika manusia tentang tuhan

Sangat sering saya mendengar suatu argumen dari orang beragama sesuatu ketika berdebat dengan muslim, selalu mengatakan bahwa logika berpikir manusia tidak akan pernah bisa menggambarkan kebesaran dan mengerti tentang tuhan. Yang akan kita pahami disini mengenai logika berpikir, jadi memang benar bahwa logika dan keyakinan itu tidak akan pernah bisa menyatu, karena keyakinan berada dalam ranah ego yang bersifat subjetif, sedangkan logika berdasarkan objektif.
sumber gambar : okeinfo.net

Hal itulah yang menjadi jawaban atas permasalahan ini, karena ketika orang tidak bisa membedakan antara logika dengan doktrin, maka orang itu tidak akan pernah bisa menerima pengertian yang sebenarnya dari logika, bahwa manusia tidak akan pernah bisa melogikai tuhan, ternyata itu adalah sebuah teori yang nyata telah dibuat sendiri oleh mereka sendiri, bukan tuhan mereka. Ketika orang tidak bisa membedakan mana jendela dengan lukisan, maka orang tersebut akan menganggap lukisan dan jendela adalah sama. Tentu bisa kita pastikan bahwa orang terebut kurang bijak. Jika ada orang yang sedikit lebih bijak dihadapkan dengan hal tadi, dengan pandangan yang hampir sama bahwa penampang jendela dan lukisan sangat murip, makan orang tersebut akan mendatangi dua benda tadi dan menyentuhnya. Dia akan menelitinya dan melihat balik ke belakangnya. Bahkan jika kita hadapkan persoalan tadi engan orang-orang yang benar-benar haus akan kebenaran, maka tidak ragu-ragu orang-orang itu akan memukul dua benda tadi hingga pecah, lantas mengetahui dengan semua inderanya dan memastikan sendiri mana pemandangan asli dan mana pemandangan yang palsu.
.
Jika orang bisa mengenali dirinya sendiri, maka dia bisa mengenali tuhan. Jadi orang akan bisa mengenal tuhan, dan ini pasti karena tuhan sendiri yang menjamin, jika orang tersebut mengenal dirinya sendiri.

Sangat mudah sekali sebenarnya mendapatkan kebenaran mengenai tuhan mana yang benar, seperti mudahnya membedakan warna hitam dan putih bagi orang yang bisa melihat. Tuhan memberikan pesannya melalui utusannya dan berwujud KITAB. Jadi ketika ada orang yang haus akan kebenaran tetapi cukup cerdik dan bijak, dia pasti akan pergi untuk meneliti, memahami dan menimbang mana tuhan yang benar melalui kitab-kitabnya. Yang namanya manusia di mana pun dia berada, siapapun dia pasti memiliki hati dan hati itu sangat rentan untuk berubah-ubah, maka untuk yang mencari kebenaran pantangan baginya untuk merujuk pada mulut manusia. Firman tuhan pasti benar, berisi hal yang benar. Firman tuhan pasti baik, berisi akan hal yang baik. Firman tuhan pasti indah, berisi hal-hal yang indah.  Yang berasal dari Tuhan pasti baik dan benar, serta indah.

Jumat, 01 Januari 2016

Teman

Banyak yang sudah mendefinisikan arti dari teman, tetapi kebanyakan malah membuat jadi rumit akan sesuatu yang sederhana. Seorang teman itu menemani, titik. Dia mendukung, mendorong, memapah, membantu dan mengingatkan, bukan memaksa. Dua orang atau lebih yang saling menemani dengan cara mendukung, mendorong, memapah,  membantu dan mengingatkan dengan tidak memaksa adalah sebuah gambar dari pertemanan. Jika tidak begitu berarti apa?

Waktu, jongko, time

Ada aturan khusus di dunia ini yang mengikat segala sesuatu di dalamnya tanpa pandang bulu. Sebuah aturan khusus yang bekerja seolah seperti berada pada dua sisi yang berbeda, satu membangun dan satu menghancurkan. Dua hal berbeda menurut pandangan manusia namun kalo kita pahami ternyata dua hal itu adalah sebuah pasangan yang tidak mungkin bisa dipisahkan, karena memang harus diterima bahwa semua hal di dunia ini tercipta berpasang-pasangan.


Waktu adalah pelindung sekaligus penghancur. Dalam hitungan waktu, suatu hal tertutupi agar tidak membuat kehancuran. Sebuah aib akan tertutup selama waktu tertentu. Sebuah tembok yang kokoh akan senantiasa berdiri. Sebuah tubuh yang utuh akan senantiasa hidup. Akan tetapi waktu dibatasi dengan takdir. Akan tiba waktunya aib dibuka sejelas-jelasnya sehingga tidak akan ada rahasia lagi. Pada waktu itu kedua tangan ini sudah tidak bisa menutupi rona muka yang penuh dengan rasa malu. Segala macam khodam tidak akan bisa memegang ruh yang sudah mencapai tenggorokan. Mereka bekerja dalam ilusi, bahwa badan yang disangga itu bukan sejatinya orang yang dijaga. Sebuah kerajaan adidaya yang berkuasa selama berabad-abad akan hancur, luluh lantak. Sebuah keberuntungan bagi mereka yan memahami sejarah. Sebuah catatan penghianatan dan kehancuran, bahwasanya semuanya itu terjadi berulang-ulang hingga kiamat.

Semua umat memiliki batasan umur. Sebuah kedewasaan berbatas waktu dan ilmu. Semuanya tercapai dalam sebuah tahapan yang diukur dengan waktu. Tidak ada yang bisa menghindarinya. Tidak mungkin sebuah kedewasaan bisa dipaksakan oleh manusia, karena memang sudah diatur masanya. Semua makhluk pasti mati, semua benda pasti hancur dan semua manusia pasti akan dicabut nyawanya. Tetapi setiap dari mereka itu punya tujuan dibalik penciptaan mereka.

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...