Tampilkan postingan dengan label kebenaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kebenaran. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Juni 2021

Be Carefull for What Song You Sing

Setau saya mantra adalah sebuah kalimat yang diucapkan berulang-ulang kali yang merupakan kalimat permintaan atau pengagungan terhadap sesuatu. Dalam islam istilahnya adalah doa dan pengulangannya berarti penekanan terhadap hasrat dalam hatinya untuk mengagungkan atau memohon agar dikabulkan segala hajatnya.

Apakah ada hubungannya atau tidak namun saya kira hubungannya sangat erat antara rapalan doa atau mantra tadi terhadap kekuatan hati seseorang kalau kita membaca bukunya erbe sentanu mengenai quantum ikhlas. 
Gambar oleh Abbie Paulhus dari Pixabay

Saya juga teringat akan teori the law attraction yang pertama kali dulu saya baca di kaskus, yang kemudian memancing diri untuk meriset lebih dalam mengenainya, ada kedekatan antara perkataan dari harapan berulang yang dilakukan dengan sepenuh hati dengan rapalan mantra atau doa. 

Seperti menguatkan, sehingga yang awalnya hanya sebuah harapan kemudian bisa mewujud dengan cara yang tidak kita duga.

Jiwa manusia adalah hal yang goib bagi manusia namun setiap manusia yang beragama yakin di dalam dirinya ada jiwa yang menjadi jati diri manusia tersebut. Manusia bukanlah sekedar tubuh, setumpuk daging, melainkan tubuh itu adalah sarana. 

Jika sesederhana usaha tubuh manusia untuk mengaduk semen, membuat batu-bata, mengolah besi dan kayu dan menyusunnya kemudian kita dapati bahwa semua itu adalah sebuah usaha dan breng-brenggg rumah yang indah sudah jadi untuk kita tinggali. 

Itu adalah usaha yang bisa kita lihat dan amati karena terlihat, terdengar dan tersensori oleh indera manusia. Seolah-olah jika kita lihat jiwa kita bak raja yang hanya duduk manis menyuruh badan budak kita ini untuk bekerja keras banting tulang demi keinginan sang jiwa. 

Namun yang saya yakini jiwa kita sebenarnya juga bekerja dalam alam yang tidak kita ketahui. Alam quantum mungkin, entahlah. Sebuah alam yang mewujud kontan seperti ketika Allah berkata, kun fayakun, maka jadi lah apapun yang diinginkan, seperti itulah fungsi doa yang dipanjatkan. 

Orang biasa harus merapal doa itu untuk bisa masuk ke dalam jiwa sejatinya pada kadar keikhlasan yang tinggi, berbeda dengan para Nabi yang perkataannya langsung diijabah Tuhan. 

Dengan doa itu seolah-olah jiwa di alam itu sedang bekerja mengumpulkan dan menyiapkan segala macam hal untuk mewujud dalam dunia sesuai yang disediakan oleh Tuhan.

Maka tak ayal, lagu yang kita nyanyikan adalah salah satu wujud dari doa tak sadar kita. 

Sering kali kita mengalami penyakit lagu. Ketika kita memutar lagu kemudian kita dengar, maka dia akan menempel dalam memori kita hingga dalam keadaan hening pun, lagu itu masih terngiang di kepala kita.

Bagus kalau lagu itu berlirik bagus yang positif dan konstruktif. Namun jika lagu itu adalah melow, lagu galau, lagu cinta-cintaan, lagu beringas. Apa efek yang akan terjadi dengan kita dalam jangka panjang?

By the way, ini artikel adalah artikel draft dari tahun 2016, baru saya genapi hari ini.😅

Rabu, 13 Januari 2016

Logika manusia tentang tuhan

Sangat sering saya mendengar suatu argumen dari orang beragama sesuatu ketika berdebat dengan muslim, selalu mengatakan bahwa logika berpikir manusia tidak akan pernah bisa menggambarkan kebesaran dan mengerti tentang tuhan. Yang akan kita pahami disini mengenai logika berpikir, jadi memang benar bahwa logika dan keyakinan itu tidak akan pernah bisa menyatu, karena keyakinan berada dalam ranah ego yang bersifat subjetif, sedangkan logika berdasarkan objektif.
sumber gambar : okeinfo.net

Hal itulah yang menjadi jawaban atas permasalahan ini, karena ketika orang tidak bisa membedakan antara logika dengan doktrin, maka orang itu tidak akan pernah bisa menerima pengertian yang sebenarnya dari logika, bahwa manusia tidak akan pernah bisa melogikai tuhan, ternyata itu adalah sebuah teori yang nyata telah dibuat sendiri oleh mereka sendiri, bukan tuhan mereka. Ketika orang tidak bisa membedakan mana jendela dengan lukisan, maka orang tersebut akan menganggap lukisan dan jendela adalah sama. Tentu bisa kita pastikan bahwa orang terebut kurang bijak. Jika ada orang yang sedikit lebih bijak dihadapkan dengan hal tadi, dengan pandangan yang hampir sama bahwa penampang jendela dan lukisan sangat murip, makan orang tersebut akan mendatangi dua benda tadi dan menyentuhnya. Dia akan menelitinya dan melihat balik ke belakangnya. Bahkan jika kita hadapkan persoalan tadi engan orang-orang yang benar-benar haus akan kebenaran, maka tidak ragu-ragu orang-orang itu akan memukul dua benda tadi hingga pecah, lantas mengetahui dengan semua inderanya dan memastikan sendiri mana pemandangan asli dan mana pemandangan yang palsu.
.
Jika orang bisa mengenali dirinya sendiri, maka dia bisa mengenali tuhan. Jadi orang akan bisa mengenal tuhan, dan ini pasti karena tuhan sendiri yang menjamin, jika orang tersebut mengenal dirinya sendiri.

Sangat mudah sekali sebenarnya mendapatkan kebenaran mengenai tuhan mana yang benar, seperti mudahnya membedakan warna hitam dan putih bagi orang yang bisa melihat. Tuhan memberikan pesannya melalui utusannya dan berwujud KITAB. Jadi ketika ada orang yang haus akan kebenaran tetapi cukup cerdik dan bijak, dia pasti akan pergi untuk meneliti, memahami dan menimbang mana tuhan yang benar melalui kitab-kitabnya. Yang namanya manusia di mana pun dia berada, siapapun dia pasti memiliki hati dan hati itu sangat rentan untuk berubah-ubah, maka untuk yang mencari kebenaran pantangan baginya untuk merujuk pada mulut manusia. Firman tuhan pasti benar, berisi hal yang benar. Firman tuhan pasti baik, berisi akan hal yang baik. Firman tuhan pasti indah, berisi hal-hal yang indah.  Yang berasal dari Tuhan pasti baik dan benar, serta indah.

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...