Saya teringat adam, sang bapak manusia sejak awal sampai akhir adanya dunia akan tetap menjadi adam. Anak turunnya lucu, bercabang dan bermacam-macam warna, tetapi tetap manusia. Tidak berubah menjadi monyet dan monyet juga tidak pernah terlihat menjadi manusia.
Saya teringat buku silsilah keluarga besar dari ayah saya, kakeknya kakek buyut saya, namanya Mbah Dipo, dari jalur nenek saya. Beliau adalah orang jawa tulen, nama istrinya Pin Chiang, seorang cina. Jadi Neneknya kakek buyut saya adalah orang cina dan saya adalah keturuna cina juga.
Saya juga teringat Maulana Ishaq. Seorang anak ulama dari arab yang ternyata merupakan cabangan dari leluhur dinasti Mataram Islam. Seingat saya namanya adalah B.R.A.Y Wirokusumo. Entah B.R.A.Y singkatannya apa. Mungkin Bendoro Raden Ayu, Ynya gak paham. Beliau adalah saudaranya Sultan Agung Mataram, merupakan sambungan silsilah dari garis keturunan kakek saya. Jadi kakek saya juga memiliki DNA orang arab.
Saya lahir di daerah berkebudayaan jawa dan darah saya adalah darah jawa. Sungguh sulit sekali berbicara menghina soal rasis padahal nenek moyang saya adalah arab dan cina. Pun demikian jika antar suku di pulau jawa, suku jawa dan suku sunda. Lha dulu mereka juga satu dan sama-sama se keturunan juga jika diteropong sejarahnya.
Saya teringat buku silsilah keluarga besar dari ayah saya, kakeknya kakek buyut saya, namanya Mbah Dipo, dari jalur nenek saya. Beliau adalah orang jawa tulen, nama istrinya Pin Chiang, seorang cina. Jadi Neneknya kakek buyut saya adalah orang cina dan saya adalah keturuna cina juga.
sumber gambar: CNN Indonesia |
Saya lahir di daerah berkebudayaan jawa dan darah saya adalah darah jawa. Sungguh sulit sekali berbicara menghina soal rasis padahal nenek moyang saya adalah arab dan cina. Pun demikian jika antar suku di pulau jawa, suku jawa dan suku sunda. Lha dulu mereka juga satu dan sama-sama se keturunan juga jika diteropong sejarahnya.
Orang-orang sungguh kasian sekali jika mereka tidak mencari tau tentang sejarahNya sendiri. Apalagi yang mempermasalahkan soal RACE (baca: ras) lebih-lebih mengejek atau menghina. Tidak sadar diri, secara tak langsung dia menghina moyangnya sendiri yang sama saja menghina diri sendiri. Seperti meludah ke langit, kena muka sendiri.
Pun demikian yang terlalu meninggikan suku dan silsilah keluarganya. Padahal setiap nama moyang yang mereka sanjung-sanjung, yang mereka banggakan dan sombongkan ternyata tetap sama-sama membawa-bawa kotoran kemana-mana.