Sabtu, 22 Oktober 2016

Problematika sistem unggas 1

gambar itik/bebek dari hkti.org
Kadang memang tidak bisa dipungkiri bahwa kita sebagai manusia sering berlaku seperti bebek, saya juga merasakannya dan sering larut. Banyak hal yang sebenarnya di luar kemampuan kita, di luar bidang kita dan bukan hak kita dalam membuat opini apalagi menjustifikasi akan suatu hal tadi tetapi kita seolah-olah bernafsu sekali untuk melontarkannya di publik. Semua hal yang berada di ranah publik seolah-oleh menjadi suatu hal yang sangat penting bagi diri kita dan bahkan menyita waktu kita melebihi apa yang seharusnya kita berikan untuk keluarga, teman dan tetangga kita. Tak jarang waktu yang ada ketika bersama keluarga tadi kita pakai untuk membahas opini publik, sedangkan waktu untuk membahas kepentingan keluarga yang hakiki menjadi tersingkirkan.

Fenomena seperti tadi saya dapati pada banyak orang yang sudah lekat atau pun baru mulai lekat dengan media publik, seperti media cetak, tv dan internet terlebih lagi media sosial. Semuanya seolah-olah seperti bebek. Satu bebek berbunyi ‘kwek-kwek-kwek’, yang lain ikutan juga ‘kwek-kwek-kwek’ tanpa tau ternyata bebek yang ‘kwek-kwek’ awal tadi cuma iseng ‘kwek-kwek’. Dengan adanya kebebasan informasi yang sepertinya semuanya terbuka dan dekat namun berasa sangat asing karena sering susah menemukan mana yang asli dan mana yang palsu. Sebuah informasi yang sangat berharga, seperti internet yang selayak secangkir ilmu hidup di dunia kemudian menjadi secangkir racun bagi orang-orang yang belum waktunya menenggaknya.

Semuanya memang kembali kepada konsep waktu dan kepantasan. Seseorang yang belum waktunya untuk lulus tidak pantas uuntuk lulus karena dikhawatirkan akan menyalahgunakan ilmunya atau pun belum cukup ilmu untuk memikul sebuah tanggung jawab yang besar yang tidak hanya dirinya yang bisa celaka tetapi orang lain juga. Mau bagaimana lagi, sekarang semuanya berubah termasuk budaya bersabar menanti proses kemudian berubah menjadi budaya instan. Tidak perlu disebutkan satu per satu karena setiap individu pasti sudah bisa membuat list sau per satu apa saja hal-hal instan yang biasa dilakukannya.

Manusia adalah makhluk unik yang senantiasa berubah. “people die everyday, people change every second”. Sebuah budaya yang mendarah daging dan menjadi sebuah dogma akan sangat lama berubah, kecuali bagi mereka yang terbuka pikirannya dan mereka-mereka yang ingin selalu menemukan kebenaran yang sesungguhnya, bukan kebenaran konvensi, kesepakatan. Hal-hal yang sederhana yang saling berkaitan satu sama lain akhirnya menjadi rumit juga, tetapi hal-hal yang rumit jika kita pilah-pilah, kita pecah-pecah sesuai dengan jenisnya akhirnya akan menjadi sederhana juga. Manusia adalah satu individu yang berasal dari dua orang yang kemudian menjadi keluarga. Keluarga-keluarga terkumpul menjadi tetangga dan masyarakat. Lalu dari mana asal-muasal persoalan dunia yang kita anggap sangat rumit  ini dan menyita sedemikian besar waktu itu berasal? Orang-orang yang sabar dan terus berusaha akan medapati bahwa coretan-coretan, lika-liku, kontur, naik turun kehidupan adalah sesuatu hal yang indah dan sebuah kenikmatan untuk menjalaninya. Kelemahan dari sistem buatan manusia masa kini, satu stasiun kerja mati maka keseluruhan proses akan terhenti, maka habislah sistem itu.  Lalu kemana lagi mereka manusia masyarakt itu akan  pulang setelah semua sistem itu hancur? ke komunitas, RT-RW, keluarga, dan akhirnya ke tanah, sistem yang belum lekang hingga saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...