Sabtu, 17 Desember 2016

Bahwa saya sudah celaka, lalu?

Apa yang menjadi sebuah faktor penting dari kehidupan yang bahagia? Saya tidak begitu tau banyak, namun yang sedang saya pikirkan saat ini adalah rasa ikhlas terhadap apapun yang terjadi dan bersyukur. Saya sadari dekadensi dua faktor tadi sudah dimulai sejak kira-kira 4 tahunan yang lalu dan sangat terasa sekali dalam kehidupan saya saat ini. Katanya Nabi orang yang hari ini lebih baik adalah beruntung, kalo sama adalah merugi, terus jika lebih buruk adalah celaka. Jadi sudah sampai di kesimpulan bahwa saya sudah celaka.

Saya sadari bahwa ada yang tidak beres terhadap  kehidupan saya saat ini, terutama masalah kedisiplinan yang mengalami penurunan juga. Dampaknya langsung sangat terasa sekali akan kesehatan, terutama ketahanan tubuh. Contoh simple saja saat ini jadi sering sariawan, cepat setres, sering pusing karena dehidrasi (lupa minum), kulit mudah gatal karena debu, pilek  hidung tersumbat yang tidak kunjung sembuh, sakit punggung, susah konsentrasi. Kenapa itu semua bisa terjadi? Ternyata semua itu saya sendiri yang mengundangnya dengan mulai meninggalkan banyak amalan yang dulu saya lakukan, saat pagi dan sore hari.

Awalnya dulu saya sedikit maklumi karena waktu itu saya mendapat guncangan hebat pada persoalan hidup, yang pada akhir perkara waktu itu saya baru menyadari bahwa bersarnya guncangan itu pula merupakan perlindungan Allah, Tuhan semesta alam agar saya tidak terpeleset ke lubang kenistaan. Kesan itu tidak akan pernah bisa saya lupakan sedetikpun. Betapa susahnya menyelesaikan masalah dan betapa sulitnya menemukan beberapa orang ternyata menjaga saya dari kemungkinan perbuatan dosa besar. Seolah-olah kaki saya dipegang tidak bisa bergerak sewaktu saya ingin terjun bebas ke dalam jurang. Lalu kog ya kemudian tidak menjadi sarana bagi saya menuju ke tempat yang lebih baik malah saya menikmati kehancuran ini. Ini tanda bahwa rasa syukur mulai pudar dan secara kontan penyakit-penyakit mulai berdatangan. Ditambah pula dengan menurunnya intensitas amalan-amalan yang biasanya dilakukan hingga malah tidak pernah dilakukan sama sekali. Empat tahun ini saya benar-benar merasa celaka. Alhamdulillah, saya diingatkan oleh Allah akan amalan yang saya tinggalkan.

Sekarang nafas masih ada dan tubuh masih normal walaupun penyakit-penyakit kecil sering datang. Itu semua berarti asa masih ada dan kesempatan masih lebar, kenapa tidak saya manfaatkan. Ya, mulai detik ini saya akan manfaatkan. Yang lalu biarlah berlalu, matahari esok masih muncul di ufuk timur. Semburat jingga, masih menangkasa luas di tanah wetan. Lembayung senja menuju gelap semua akan berakhhir ketika semburat jingga bangkit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...