Tampilkan postingan dengan label mendengar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mendengar. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Desember 2015

Tentang Ilmu Titen

Banyak hal dalam keilmuan jawa yang sampai sekarang ini masih lestari, bahkan jika ditelisik lebih dalam ternyata bisa dijelaskan dengan logika karena metode yang digunakan hampir sama dengan metode ilmiah, walaupun ditambahi dengan berbagai parameter yang tidak mungkin bisa diukur dengan metode ilmiah manapun. 

Ilmu titen adalah satu dari banyak ilmu yang berkembang pada bangsa jawa (bagaimana mungkin bisa dibilang suku dengan kekayaan budaya, tradisi dan ilmunya, termasuk bangsa sunda, minang dan lain sebagainya di nusantara) yang berkembang dan kemudian menjadi dasar dari metode yang dipakai untuk mencari ilmu-ilmu yang lainnya.

sumber gambar : kitab mantra
blogspo
t
Titen setahu saya berasal dari kata niti yaitu menuntun. Ada lainnya juga yaitu niteni, yaitu memperhatikan, mengingat dan memahami. Menurut kamus sanskerta yang dijelaskan di sini, niti berarti kebijaksanaan duniawi (worldy wisdom) etika sosial politik. 

Entah yang mana yang lebih tepat, namun saya kira semuanya memiliki keterkaitan yang bisa kita ambil simpulannya bahwa ilmu titen merupakan suat ilmu yang diperoleh dengan "niteni" yaitu dengan melihat, mendengar, mencium, merasakan, mengecap dan segalam macam hal yang bisa dilakukan dengan indera manusia akan suatu hal kemudian dipahami dan dikaji pola-pola yang terjadi dalam suatu objek tertentu dan kemudian dirumuskan untuk kemudian dijadikan suatu dasar pengambilan keputusan pada masa yang akan datang apabila dibutuhkan.

Ilmu titen ini belum pernah sekalipun saya dijari tentangnya oleh keluarga saya, khususnya ayah saya, namun beliau hanya sering menceritakan bahwa kakek saya dulu lah yang memilikinya dan diaplikasikan dalam hidupnya. Tetapi walaupun begitu pada akhirnya saya sadar juga bahwa ilmu ini memang merupakan hal mendasar yang dikaruniakan oleh Tuhan dan melekat dalam batang tubuh manusia selagi dia masih hidup, bermental sehat dan berpikiran rasional dengan kebersihan olah rasanya. 

Berpikiran rasional dan bermental sehat  adalah modal manusia saat ini untuk mendapatkan ilmu dengan metode ilmiahnya, tetapi tidak akan mungkin kita bisa mempelajari bahkan menguasai ilmu yang sudah didapatkan dan dikembangkan jaman dahulu ini jika kita tidak memiliki kebersihan dan kehalusan rasa.

Kehalusan rasa? Yap, kehalusan rasa. Kehalusan rasa berkaitan dengan hati seseorang, perasaan seseorang. Dalam hal ini kalau kita identikkan bahwa rasional adalah hal yang berkaitan dengan organ otak manusia yang berada di kepala, sedangkan perasaan manusia terletak di hatinya. Jangan berpikir bahwa hati yang dimaksudkan adalah 'liver', samping pankreas yang mengolah gula itu, tetapi ternyata yang dimaksud adalah "Jantung". 

Orang-orang yang sedikit mengerti ataupun ahli tentang sains tentu sepakat bahwa otak yang ada di kepala kita itu menghasilkan gelombang tertentu yang berarti masih aktif dan bekerja serta itu dapat diartikan bahwa manusia masih hidup. Tidak kalah dengan otak yang menghasilkan gelombang bahkan terjadi reaksi elektrikal itu ternyata jantung juga mengeluarkan gelombang yang ternyata juga berkaitan dengan denyut atau detak jantung itu. 

Mengolah rasa itu lah hal yang berkaitan dengan aktivitas jantung yang ternyata sangat berperan juga dalam kehidupan manusia untuk membentuk sikap tenang, bijaksana, arif dalam menjalani segala macam cobaan dalam hidup, karena tidak mungkin hidup tanpa cobaan padahal hidup ini sebenarnya adalah suatu cobaan.  

Jadi pada intinya kelengkapan manusia inilah yang menjadikannya modal untuk merengkuh ilmu Tuhan yang ditebarkan oleh-Nya di dunia ini. Dengan seluruh modal itu jugalah manusia bisa membedakan apakah ilmu yang turun itu dari setan atau  Tuhan, karena Tuhan sebenarnya sudah memberikan panduan juga. 

Tapi di dunia ini ternyata banyak juga je panduan yang katanya berasal dari tuhan, lalu bagaimana bisa mengetahui mana yang benar? Ya kembali lagi ke modal tadi, yang bertentangan dengan salah satu dari modal tadi berhak untuk dibuang karena untuk mendapatkan kebenaran yang sejati harus selaras dengan seluruh modal yang ada, istilahnya 'colective collegial', utamanya adalah akal (rasionalitas) dan rasa (heart).

Ilmu titen telah menjadi sarana untuk mendapatkan macam-macam ilmu yang lainnya. Dari ilmu ini kita bisa mengenal primbon (yang seseorang ada yang mengatakan syirik walaupun yang mengatakan tadi tidak mengerti tentang ilmu ini), pranatamangsa, katuranggan dan berbagai macam ilmu lain yang jumlahnya sangat banyak yang sedikit sekali pengetahuan saya tentang hal itu. 

Menunut saya ilmu itu bersifat universal, siapapun bisa  mendapatkannya dan siapapun juga bisa mempelajarinya, tidak terbatas pada bangsa, warna kulit, bahasa dan faktor-faktor serupa lainnya, namun kapasitas manusia lah yang menentuan apakah dia layak atau tidak mendapatkan ilmu itu, termasuk ilmu titen ini. Kapasitas yang saya maksud adalah seluruh modal yang saya sebutkan sebelumnya, dan dalam agama islam hal ini diistilahkan dengan ketaqwaannya yang nantinya akan menentukan maqamnya ada di mana.

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...