Apakah ada hubungannya atau tidak namun saya kira hubungannya sangat erat antara rapalan doa atau mantra tadi terhadap kekuatan hati seseorang kalau kita membaca bukunya erbe sentanu mengenai quantum ikhlas.
Gambar oleh Abbie Paulhus dari Pixabay |
Saya juga teringat akan teori the law attraction yang pertama kali dulu saya baca di kaskus, yang kemudian memancing diri untuk meriset lebih dalam mengenainya, ada kedekatan antara perkataan dari harapan berulang yang dilakukan dengan sepenuh hati dengan rapalan mantra atau doa.
Seperti menguatkan, sehingga yang awalnya hanya sebuah harapan kemudian bisa mewujud dengan cara yang tidak kita duga.
Jiwa manusia adalah hal yang goib bagi manusia namun setiap manusia yang beragama yakin di dalam dirinya ada jiwa yang menjadi jati diri manusia tersebut. Manusia bukanlah sekedar tubuh, setumpuk daging, melainkan tubuh itu adalah sarana.
Jiwa manusia adalah hal yang goib bagi manusia namun setiap manusia yang beragama yakin di dalam dirinya ada jiwa yang menjadi jati diri manusia tersebut. Manusia bukanlah sekedar tubuh, setumpuk daging, melainkan tubuh itu adalah sarana.
Jika sesederhana usaha tubuh manusia untuk mengaduk semen, membuat batu-bata, mengolah besi dan kayu dan menyusunnya kemudian kita dapati bahwa semua itu adalah sebuah usaha dan breng-brenggg rumah yang indah sudah jadi untuk kita tinggali.
Itu adalah usaha yang bisa kita lihat dan amati karena terlihat, terdengar dan tersensori oleh indera manusia. Seolah-olah jika kita lihat jiwa kita bak raja yang hanya duduk manis menyuruh badan budak kita ini untuk bekerja keras banting tulang demi keinginan sang jiwa.
Namun yang saya yakini jiwa kita sebenarnya juga bekerja dalam alam yang tidak kita ketahui. Alam quantum mungkin, entahlah. Sebuah alam yang mewujud kontan seperti ketika Allah berkata, kun fayakun, maka jadi lah apapun yang diinginkan, seperti itulah fungsi doa yang dipanjatkan.
Orang biasa harus merapal doa itu untuk bisa masuk ke dalam jiwa sejatinya pada kadar keikhlasan yang tinggi, berbeda dengan para Nabi yang perkataannya langsung diijabah Tuhan.
Dengan doa itu seolah-olah jiwa di alam itu sedang bekerja mengumpulkan dan menyiapkan segala macam hal untuk mewujud dalam dunia sesuai yang disediakan oleh Tuhan.
Maka tak ayal, lagu yang kita nyanyikan adalah salah satu wujud dari doa tak sadar kita.
Sering kali kita mengalami penyakit lagu. Ketika kita memutar lagu kemudian kita dengar, maka dia akan menempel dalam memori kita hingga dalam keadaan hening pun, lagu itu masih terngiang di kepala kita.
Bagus kalau lagu itu berlirik bagus yang positif dan konstruktif. Namun jika lagu itu adalah melow, lagu galau, lagu cinta-cintaan, lagu beringas. Apa efek yang akan terjadi dengan kita dalam jangka panjang?
By the way, ini artikel adalah artikel draft dari tahun 2016, baru saya genapi hari ini.😅
Tidak ada komentar:
Posting Komentar