Sabtu, 28 Oktober 2017

Radikalisme Nasionalisme

gambar pejuang bertombak bambu
sumber gambar : kabarin.co
Saya merasa gerah mendengar opini-opini yang dibuat oleh pemerintahan sekarang ini beserta segenap kroni-kroninya, serta organisasi-organisasi yang sebenarnya adalah sayap politik dari yang berkuasa saat ini, tetapi ngaku sebagai independen walaupun sebenarnya nyata afiliasi dari pendukung pemerintah.

Bersliweran kata-kata radikalisme didengungkan, dengan harapan apa? Apakah memang sebagai dalih dari kegagalan pemerintahannya, karena hutang membengkak dan isu radikalisme menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk meredamnya. Atau sebenarnya tidak demikian? Karena yang selalu bertanya-tanya mengenai hal radikalisme dan mengulang-ulang rekaman kata radikalime tersebut adalah media pers tertentu itu.

Kata atau istilah radikalisme menjadi domba hitam yang sangat mudah sekali untuk dihembuskan, padahal tidak jelas mana yang disebut sebagai radikal. Namun semua orang sudah mengerti maksudnya, bahwa siapa lagi selama ini yang vokal terhadap gerak dan kebijakan pemerintah selain umat islam. Lucu, yang mengaku sebagai pihak pemerinta juga mengaku islam, namun menunjuk pula saudaranya sebagai pelaku radikal.

Apalagi dengan dibawanya perpu ormas menjadi undang-undang dengan cara voting. Pengambilan keputusan dengan cara voting adalah suatu tindakan yang nyata-nyata sebagai tindakan pengkerdilan pancasila ke empat. Masing-masing pihak ngotot dengan pendapatnya tanpa mau menerima dan membahas sedikit pun pendapat dari pihak lain. Sebuah contoh yang langsung dihadapkan pada rakyat.

Radikalisme menurut KBBI ada tiga pengertian. Pertama, radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran yang radikal dalam politik. Kedua, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Yang terakhir, radikalisme adalah sikap ekstrem dalam aliran politik. Saya simpulkan bahwa radikalisme adalah aliran atau paham dalam politik yang bersifat keras yang menginginkan perubahan atau pembaharuan dalam hal sosial dan politik secara drastis atau cepat.

Kalau banyak yang mengutuk tentang radikalisme ini saya justru merasa "gagal paham". Susah dibayangkan jika para leluhur kita, para pahlawan nasional jaman dahulu tidak memiliki paham radikalisme. Radikalisme adalah satu-satunya jalan bagi pejuang untuk membebaskan dirinya juga dari sikap dan sebuah kebijakan yang radikal. Yang menjadi catatan penting adalah--apakah radikalisme itu berniat jahat dengan cara jahat atau sebaliknya.

Radikalisme itu bak pedang, bisa untuk menusuk ke musuh atau malah ke perutnya sendiri. Lalu jika kulitnya sendiri tergores pedang, apakah lantas yang salah adalah pedangnya? Justru radikalisme jaman revolusi adalah bukti bahwa dia merupakan nasionalis. Nasionalisme, paham atau aliran yang mencintai negerinya, tanah airnya. Apakah ada orang yang tidak radikal jika tanahnya, hartanya, airnya dijajah dan diperkosa oleh kaum penjajah, lantas mereka membagi-bagi kita menjadi golongan-proletar dan priyayi. Ataukan seperti kaum liberalis dan kapitalis yang menjadikan sebagian kaum bos, kaum tuan tanah dan sisanya adalah kaum jongos yang menjadi keset. Apakah orang-orang seperti itu akan berubah akalnya menjadi jinak hanya dengan meja negoisasi?

Tugas pemerintah seyogyanya adalah mendidik masyarakat, termasuk semua media pers nasional maupun lokal. Kegaduhan dan kekisruhan politik adalah bahan utama dari hidupnya pers, yang tanpa disadari adalah sebuah kelemahan dari demokrasi. Semua orang memang setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah; namun emas, mutiara dan kerikil itu memang berbeda. Menyamakan antara kerikil dan emas adalah kesalahan dari sebuah demokrasi.

Tidak semua hal harus diketahui khalayak umum karena tidak semuanya adalah emas atau mesin modern mutakhir yang bisa menyaring air comberan menjadi air bersih sehingga sehat untuk diminum. Kebanyakan orang disuapi comberan secara langsung secara radikal oleh lembaga yang dinamakan pers, padahal pers juga berkewajiban mengedukasi masyarakat.

Parahnya, dengan media informasi, internet, media sosial yang demikian masif seolah-olah menduplikasi dan men-scaling up jumlah sedotan untuk dicocokkan pada bibir masyarakat untuk menyedot comberan yang berisi kotoran, bakteri dan virus penyakit. Lalu tugas pemerintah kemana saja selama ini?  

Tetapi terkadang geli juga jika kita selalu menyalahkan pemerintah, padahal pemerintah tidak hanya pada tataran presiden ke bawah selaku eksekutif. Ada lembaga lain yang bersifat yudikatif dan legislatif yang lebih besar lagi pengaruh dan tanggung jawabnya.

Framing adalah sebuah metode untuk memasukkan opini pada sebuah fakta yang dilakukan dengan menonjolkan satu atau beberapa bagian yang sesuai dengan opini si pembuat berita. Contohnya adalah membuat judul yang "waw" "cetar" agar pembaca tertarik yang kemudian diberi tanda tanya, padahal di dalam tulisan kontra. Cara ini cukup efektif karena banyak orang hanya ingin instan, baca judulnya saja.

Katanya "masyarakat sekarang sudah cerdas!", ya, memang. Semua ilmu dan informasi pengetahuan adalah gizi yang bagus bagi pertumbuhan masyarakat, namun banyak yang kemproh dan nggragas hingga comberan juga diminum. Makanan bergizi masuk namun penyakit juga masuk. Tinggal tunggu saja tanggal mainnya, kapan gejala stroke itu akan menyerang. Ketika pembuluh sudah tersumbat, bahkan pecah, atau kemudian sakit komplikasi, maka usiah sudah akan habis.



Sabtu, 25 Maret 2017

TRAH. Saya yang Orang Jawa Ini, Ternyata Cina dan Arab Juga

Saya teringat adam, sang bapak manusia sejak awal sampai akhir adanya dunia akan tetap menjadi adam. Anak turunnya lucu, bercabang dan bermacam-macam warna, tetapi tetap manusia. Tidak berubah menjadi monyet dan monyet juga tidak pernah terlihat menjadi manusia.

Saya teringat buku silsilah keluarga besar dari ayah saya, kakeknya kakek buyut saya, namanya Mbah Dipo, dari jalur nenek saya. Beliau adalah orang jawa tulen, nama istrinya Pin Chiang, seorang cina. Jadi Neneknya kakek buyut saya adalah orang cina dan saya adalah keturuna cina juga.

sumber gambar: CNN Indonesia
Saya juga teringat Maulana Ishaq. Seorang anak ulama dari arab yang ternyata merupakan cabangan dari leluhur dinasti Mataram Islam. Seingat saya namanya adalah B.R.A.Y Wirokusumo. Entah B.R.A.Y singkatannya apa. Mungkin Bendoro Raden Ayu, Ynya gak paham. Beliau adalah saudaranya Sultan Agung Mataram, merupakan sambungan silsilah dari garis keturunan kakek saya. Jadi kakek saya juga memiliki DNA orang arab.

Saya lahir di daerah berkebudayaan jawa dan darah saya adalah darah jawa. Sungguh sulit sekali berbicara menghina soal rasis padahal nenek moyang saya adalah arab dan cina. Pun demikian jika antar suku di pulau jawa, suku jawa dan suku sunda. Lha dulu mereka juga satu dan sama-sama se keturunan juga jika diteropong sejarahnya. 

Orang-orang sungguh kasian sekali jika mereka tidak mencari tau tentang sejarahNya sendiri. Apalagi yang mempermasalahkan soal RACE (baca: ras) lebih-lebih mengejek atau menghina. Tidak sadar diri, secara tak langsung dia menghina moyangnya sendiri yang sama saja menghina diri sendiri. Seperti meludah ke langit, kena muka sendiri. 

Pun demikian yang terlalu meninggikan suku dan silsilah keluarganya. Padahal setiap nama moyang yang mereka sanjung-sanjung, yang mereka banggakan dan sombongkan ternyata tetap sama-sama membawa-bawa kotoran kemana-mana.





Senin, 30 Januari 2017

Pengertian dari Supporter dan Penonton

Penonton dan supporter adalah dua entitas yang hampir sama namun beda. Supporter pasti penonton namun penonton tidak pasti supporter. Penonton adalah orang yang nonton, sedangkan supporter orang yang men-support atau mendukung. Orang yang menonton tujuan utamanya adalah nonton atau menyaksikan. 

Tetapi kehidupan tidak sestatis itu. Ada kalanya penonton bisa menjadi supporter dan supporter bisa menjadi hanya penonton. Bisa kita lihat saat pertandingan sepakbola. Supporter tim A ketika pertandingan dimulai begitu riang gembira mendukung tim nya membunyikan terompet dan teriak bernyanyi sekeras-kerasnya. 

Namun ketika timnya kebobolan lima gol dan tak bisa menyamai tim lawan dia kemudian berubah menjadi penonton. Kursi penonton menjadi sunyi. Bisa dimaklumi dan logis secara emosional namun tidak bisa dinalar sebagai jati dirinya yang seorang supporter. 

Sumber gambar: fajar.co.id
Penonton yang baik dia berada di tengah melihat keadaan permainan secara objektif karena tidak ada kepentingan bagi dirinya akan permainan yang sedang terjadi. Namun juga bisa sebaliknya karena dia memiliki kepentingan yang sangat tinggi sekali, harapan untuk melihat yang terbaik dari dua kubu atau individu yang sedang berlawanan. Mencari yang terbaik dan paling memenuhi dari segala indikator yang dipakainya. Tidak hanya ingin melihat yang terbaik dan terpantas menang namun juga ingin memiliki sesuatu atau seseorang yang bisa menjadi landasan akan tercapainya segala kepentingannya kelak agar bisa tercapai. Maka dari itu dia akan duduk di tengah-tengah menyaksikan dengan sungguh-sungguh. 

Jujur saya sebenarnya ingin membahas fenomena tentang pemilihan seorang pemimpin dan didepannya ada kumpulan supporter dan penonton. Kandidat A memiliki banyak supporter dan kandidat B juga. Seolah-olah sang supporter adalah si kandidat A itu sendiri maka akan dibela habis-habisan sang calon pemimpin tadi dan dijegal habis-habisa sang lawan. 

Semua menjadi rumit jika sudah memasukkan nafsu yaitu ego, gengsi dan kepentingan pribadi. Orang-orang supporter tadi menutup sebelah matanya dan membuat dua standar yang berbeda karena ingin menang sendiri, merasa paling benar dan tidak mengakui kebenaran yang ada. Susah sekali jika berhubungan dengan orang-orang seperti ini karena yang seharusnya begini tidak mungkin bisa begini karena dia akan menyeleweng. 

Orang jika sudah terlanjur mulai menilai dirinya berharga kemudian dia berada di suatu jalur kemudian ada suatu kenyataan pahit bahwa jalurnya salah itu seperti benturan yang maha dahsyat yang mengguncang egonya. Segala macam benteng akan dia buat untuk mencari pembenaran akan segala hal yang dia bela dan segala macam senjata akan dia buat untuk menghancurkan apapun yang dia anggap berlawanan. Tetapi lucunya dalam lubuk hatinya dia menyadari bahwa sesungguhnya dia salah. Ya, saya pun pernah mengalaminya.

Tetapi setiap manusia memiliki dasar hidup masing-masing. Mungkin bisa kita bilang prinsip hidup. Prinsip hidup letaknya berada di jiwa yang kemudian menyebar keluar ke dalam tubuh dan akalnya. Akal bergerak berbuah pikiran dan setiap orang memiliki pikiran masing-masing yang menjadikan jalan hidup setiap manusia berbeda-beda. 

Orang yang baik akan memilih yang terbaik untuk dirinya dan sekitarnya, sedang yang kurang baik dia sisihkan. Memilih dilakukan dengan melihat secara cermat berbagai macam pilihan yang terpampang di hadapannya, tidak perlu memihak jika yang diharapkan yang terbaik maka segala kebaikan yang paling besar akan terlihat. 

Namun masih banyak sekali kemungkinan di dunia ini akan alasan seseorang melakukan perbuatannya, antara menonton dan mensupport. Kadang ketidak tahuan, keengganan untuk mengetahui, kemalasan dan kebodohan juga turut berpengaruh dan dimensinya sangat banyak. 

Pada akhirnya yang awalnya hanya menonton kemudian ikut menjadi supporter karena yang malas, yang bodoh, yang egois, yang gengsi dan yang tidak tau malah memilih seseorang pemimpin yang kurang baik. Itulah dinamika hidup manusia. Pada akhirnya tanpa dipaksa akan terpaksa untuk memilih.

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...