Rabu, 18 Januari 2017

Analogi Kepala yang Tepat itu Seperti Gelas apa Jamban?

Masih tidak bisa masuk dalam nalar saya bahwa hal yang terjadi di dalam kepala kita dianalogikan dengan sebuah gelas yang diisi air. Katanya jika sudah penuh maka akan sia-sia jika dialiri karena pasti akan meluber terbuang sia-sia. 

Analogi itu sangat tidak masuk akal. Bayangkan otak manusia sekompleks dan sebesar ini daya tampungnya disamakan dengan sebuah gelas atau teko. Gelas yang sekecil itu diminum beberapa teguk sudah kosong, lantas apakah otak kita kosong seketika setelah digunakan isinya?

Bagaimana dengan jamban? Jeding, toilet, kloset, wese atau julukannya yang lain. Analogi ini sangat cocok sekali menurut saya. Cuma orang mungkin tidak terima jika sistem dalam kepalanya itu diibaratkan sebagai tempat penampungan kotoran alias kloset. 

Sumber Gambar: Sebastian-Kaulitzki-Shutterstock

Coba bayangkan saja setiap pagi kita isi. Tempat yang sekecil itu, sesempit itu diisi oleh kita, ayah kita, ibu kita, saudara kita dan mungkin juga tetangga kita kalo kloset mereka sedang ngadat. Sistem aliran jeding ini sungguh bagus. Dalam wese yang sekecil itu ternyata terdapat saluran menuju penampungan. Semakin bagus perancangannya maka penampungannya tidak hanya satu melainkan ada lebih dari satu. 

Bisa disearch di gogel contoh perancangannya. Tidak hanya ada saluran untuk kotoran dan air namun juga dilengkapi saluran udara, saluran keluarnya gas-gas yang dihasilkan oleh bakteri dan kawan-kawannya. Kalo cangkir bisa penuh dan melubar jika akan diisi lagi maka tidak dengan wese. Bisa membludak namun tidak akan penuh jika hanya diisi cairan ratusan galon. Air akan disaring oleh sistem filtrasinya kemudian terserap ke tanah manjadi air yang bersih yang bisa dimanfaatkan kembali untuk kehidupan makhluk di atasnya.

Kemungkinan meluber juga ada jika kotoran tinja manusia itu tidak dimasukkan sedikit demi sedikit alias langsung jrooot dikeluarkan semua. Yang terjadi adalah penumpukan feses di saluran masuk jeding, maka air tak bisa mengalir jadinya meluber dan tai-tai itu bisa menghiasi keindahan toilet. Makanya seperti informasi juga harus masuk ke otak kita sedikit demi sedikit. Tidak bisa kita paksakan masuk semua.

Informasi di jaman sekarang ini apakah tidak seperti feses? Sedemikian banyak orang yang tidak mengerti menyebarkan berita yang tidak mereka pahami lebih dalam. Lebih-lebih lagi orang yang hanya melihat judulnya lantas berkomentar dan berpendapat dengan ilmu yang dangkal. Alih-alih disaring bahkan lagsung mereka tenggak habis. 

Sama dengan meminum air tanah di samping sistem toilet yang tidak ada sistem filtrasinya? Dewasa ini penyebaran informasi begitu masif dan murah namun tetap saja kebanyakan orang kurang sabar dalam mengolah semua itu dan malas untuk menggukan akalnya. 

Apalagi dengan banyaknya hoax yang kaum  intelegensia pun ada yang tertipu, apalagi dengan mereka yang malas berpikir dan mencari tau lalu gemar sekali menyebarluaskan agar dalam batinnya bermanfaat bagi orang namun ternyata yang dibagikan adalah tai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bathara Karang dan Jenglot adalah Boneka Buhul

Wawasan Umum bathara karang Cerita umum yang berkembang di masyarakat mengenai jenglot atau bathara karang adalah orang sakti jaman dahulu, ...